PERBATASAN KRAYAN
NASIONALISME PERBATASAN KRAYAN TERLUPAKAN
Rasa nasionalisme masyarakat perbatasan
terhadap Negara Indonesia patut kita banggakan dan hargai. Sebagai masyarkat
yang berada di beranda Negara dengan kondisi sosial dan ekonomi yang
memprihatinkan, masyarakat perbatasan khususnya di Kecamatan Krayan dan Krayan
Selatan Kabupaten Nunukan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan
kegiatan untuk menyambut dan memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia. Hal inilah yang dirasakan oleh penulis selama mengikuti perayaan Agustusan
di daerah yang berbatasan langsung dengan Ba’ Kelalan (Malaysia).
Peristiwa ini dapat kita lihat langsung pada
bulan Agustus setiap tahunnya, dimana rata-rata warga perbatasan dengan
antusias merayakan HUT RI melalui kegiatan perlombaan tradisional dan olahraga
sebagai wujud nasionalisme terhadap Negara ini. Pelaksanaan kegiatan ini
dipusatkan disetiap ibu kota kecamatan, sehingga warga perbatasan khususnya
yang berada jauh dari ibu kota kecamatan dengan sukarela berjalan kaki dengan
jarak tempuh 1-2 hari menuju pusat kegiatan.
Kebanyakan warga perbatasan rela meninggalkan
pekerjaan mengolah lahan pertanian yang pada masa-masa bulan Agustus disebut
sebagai masa persiapan cocok tanam hingga penebaran bibit padi (penyamaian) dan
meninggalkan sanak saudaranya menuju pusat kegiatan dengan tujuan utama yaitu
memeriahkan perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Jika dibandingkan
dengan uang, rasa nasionalisme warga perbatasan tidak terhingga nilainya karena
di setiap perayaan HUT Kemerdekaan, warga perbatasan Krayan rela merogoh kocek
hingga jutaan rupiah sebagai biaya transportasi dan akomodasi selama mengikuti
kegiatan. Jika dibandingkan dengan hadiah yang diterima disaat memenangkan
suatu kegiatan seperti sepakbola contohnya, penghargaan yang didapat sangat
kecil jumlahnya daripada pengeluaran pribadi peserta. Namun untuk warga
perbatasan itulah semangat yang besar dan rasa memiliki terhadap Negara
Indonesia ini, nasionalisme mereka (warga.red) mampu mengalahkan keadaan
(keterpurukan kehidupan sosial, ekonomi, dan pendidikan) yang sebenarnya.
Sangat disayangkan, pemerintah selaku penentu
kebijakan yang menyakut kehidupan masyarakat kurang menghargai Nasionalisme warga
perbatasan sehingga realita yang terjadi di perbatasan khususnya Krayan dan
Krayan Selatan yaitu kurangnya perhatian pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan warga perbatasan. Hal ini dapat diperhatikan dengan kurangnya
pembangunan fasilitas umum seperti akses transportasi udara dan darat yang
menghubungkan Krayan dengan daerah sekitarnya, tidak adanya akses informasi
seperti menara telekomunikasi yang menyebakan keberadaan kita di daerah ini terasa
di dalam ‘tempurung kelapa’, dan kurangnya fasilitas layanan umum dan
pendidikan yang mempermudah warga perbatasan dalam peningkatan kesejahteraan
hidup dan kualitas sumber daya manusia. Sudah 67 tahun Negara Indonesia
menikmati kemerdekaan, tetapi bagi beberapa warga perbatasan khususnya Krayan
yang berada di jantung Borneo ‘kemerdekaan’ merupakan sesuatu yang sulit untuk
dirasakan. @Cai_2012
Komentar
Posting Komentar